Jumat, 06 Oktober 2017

Harapan seorang Ibu Pengganti


Menjadi seorang wanita terutama Ibu tidak mudah, apalagi sebagi Ibu Pengganti (= Ibu Tiri) untuk anak-anak yang bukan dari rahimnya sendiri.
Kesabaran, keramahan serta pengertian itu yang selalu ada pada diri seorang Ibu Pengganti. 
Ada suka maupun duka menjadi Ibu Pengganti untuk anak-anak yang akan di asuhnya, jika anak-anak yang masih kecil hanya dibutuhkan kesabaran untuk mencoba menami bermain, bercerita serta jalan-jalan. Tenaga yang dibutuhkan akan lebih banyak karena akan selalu mengikuti gaya anak kecil, tapi jiwa dan kesenangan akan terpancar dari raut wajah yang senang karena sering ketawa dan riang.

Jika menjadi Ibu Pengganti untuk anak-anak yang sudah remaja, hal ini amat susah-susah-gampang, kenapa??
karena tidak setiap anak remaja akan menerima Ibu Pengganti, perasaan protes sudah mulai tampak, emosi jiwa juga akan terlihat.
Perbandingan antara Ibu Kandung dan Ibu Pengganti selalu akan dikatakan, walaupun kadang sangat sedih jika mendengar mereka suka membandingkannya.
Kesabaran, Perasaan juga Pengertian semua jadi satu, rasa capek lebih besar daripada tenaga yang keluar karena banyak memendam perasaan.
Keinginan untuk mencoba mendekat kadang disalah artikan, coba untuk bercanda kadang tidak menghargai bahkan kadang tidak sopan.
Semua itu butuh waktu dan kesabaran menghadapi anak-anak remaja yang biasa banyak disarankan.

Seperti cerita Anna yang menikah dengan Robert yang punya 2 anak gadis, Yohana dan Melisa. Yohana sangat cuek dan keras hati, sedangkan Melisa periang dan sensitive.
Anna mencoba untuk memahami ke dua anak Robert, walaupun kadang Robert selalu mendukung Anna untuk bisa menjadi Ibu Pengganti anak-anaknya karena isterinya telah pergi meninggalkannya.

Yohana dan Melisa menerima kehadiran Anna sebagai Ibu Pengganti, walaupun hati mereka tidak bisa menerima Anna sebagai "mamanya".
Walaupun begitu Anna tetap mencoba menjadi Ibu Pengganti yang baik walaupun tidak sempurna untuk Yohana dan Melisa.
Semua keingian Yohana dan Melisa, Anna mencoba mengikutinnya. Selain itu Anna tetap jalani memasak, mengantar mereka sekolah dan mengerjakan tugas sebaga Ibu Rumah Tangga.
Anna sendiri tidak pernah masak waktu sebelum menikah tapi Anna tetap terus belajar memasak buat keluarganya.
Kadang yang membuat hati Anna sedih, jika masakannya yang sudah dia buat dengan susah payah tidak disentuh bahkan dimakan oleh Yohana dan Melisa.
Tapi Anna tidak mau tampak sedih didepan Robert, dia ingin Robert menilai Anna Ibu yang baik untuk anak-anaknya.

Hati Anna sempat sedih ketika Melisa memanggilnya "Hai kamu".... atau "Situ"..... bahkan meminta sesuatu dengan tidak sopan pada Anna. 
Maklum saja Anna adalah orang "jawa" yang dididik oleh orang tuanya bersikap sopan terhadap orang tua serta orang-orang yang "dituakan". 
Walaupun jaman sudah berubah tetapi tata cara kesopanan di keluarga besar Anna tetap terjaga.
Semua hal-hal seperti itulah Anna pedam dalam hati apalagi ke keluarganya, karena dia tidak mau orang melihat kesedihannya.

Lambat laun karena Anna menyimpan masalah dalam hati, ternyata Anna tiba-tiba sakit. Setelah diperiksa dokter ternyata Anna ada benjolan di balik jatung dan paru-paru dan itu harus segera di operasi supaya sesak nafas yang Anna rasakan akan hilang.
Robert dengan setia menemani Anna operasi, Yohana dan Melisa juga ikut walaupun mereka tidak begitu senang dengan suasana rumah sakit yang membosankan.
 
Beberapa jam kemudian....
Dokter bedah keluar dengan muka yang suram mengatakan pada Robert bahwa Anna tidak dapat tertolong lagi karena benjolan itu sudah menutupi paru-parunya.....
Robert langsung terdiam tidak bisa bicara, hanya air matanya yang menjawab kesedihannya karena dia begitu mencintai Anna sebagai isteri sempurna yang selama ini Robert idamkan.
Yohana dan Melisa terdiam melihat Papanya sedih sekali....

Anna seperti orang yang tertidur nyenyak...wajahnya sudah tidak tampak sakit maupun sedih yang terlihat sekarang wajah dalam kedamaian abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar