Minggu, 10 Januari 2016

secarik surat untuk seorang akhi


Assalamu’alaikum akhi, Bismillahi.....apa kabarmu hari ini? Apa kabar imanmu hari ini? Sudahkah kau menunaikan tugasmu, tugas seorang hamba kepada Rabb-Nya?
Di sepertiga malam ini semoga kau dalam keadaan baik-baik saja wahai akhi. Seseorang yang istimewa dihatiku, doaku selalu mengiringi jejak langkahmu.
Akh, terasa lama aku tak jumpa lagi denganmu. Tak melihat senyummu yang meneduhkan hati. Tahukah kamu akh? Aku selalu merindukanmu kala kau tak berada di sudut pandanganku. Jujur saja, aku tak ingin jauh dan tak ingin berpisah denganmu. Namun aku tau wahai akhi yang sholeh, kau bukanlah milikku, kau belumlah halal bagiku. Akh banyak sekali hal yang ingin kusampaikan padamu, banyak sekali cerita yang ingin aku bagi denganmu. Tapi ku tau, tak banyak waktumu untuk sekedar bersamaku. Aku tau akh, banyak tugas-tugas mulia yang harus kau kerjakan, banyak sekali hal yang harus kau lakukan. Bahkan untuk istirahatmupun terkadang kau tak ada waktu. Begitu beratnya hidup ini akh, beban tanggungjawab yang harus kau emban, amanah yang harus engkau jalankan dan kewajiban yang harus kau kerjakan. Tak pantaslah diri ini terlalu mengharapkanmu setiap waktu bersamaku. Karena kau bukanlah malaikat, yang selalu ada disampingku, yang mendengar semua apa yang aku inginkan. Tetaplah semangat menjalani perjuangan ini ya akh....
  Akhi fillah....Sesungguhnya yang mendatangkan semua rasa ini, yang mendatangkan rasa kagum ini, yang memekarkan hati ini adalah dari-Nya. Sungguh aku hanya bisa menerimanya. aku hanya bisa pasrah tertegun tak bisa mengelak atas perasaan ini padamu.Tertegun dalam keindahan akhlakmu. Tertegun dalam manisnya lisanmu. Tertegun dalam tenangnya pandanganmu. Dan tertegun pula dalam kesejukan nasehatmu. Semua begitu sempurna, sungguh sempurna. Sesempurna sesuai firman-Nya.
           Akhi yang disayangi Allah, ketakutan ku kepada Allah mengalahkan semua rasa ini, aku takut dia murka karena aku menikmati yang bukan hak ku. Wahai akhi, jika suatu saat nanti aku tak menghubungimu, jangan pernah kau berfikir bahwa aku menjauhimu. Jika nanti aku mulai berubah, jangan pernah kau berfikir bahwa aku membencimu. Dan ketika nanti aku pergi, jangan pernah sekalipun kau mengira bahwa aku meninggalkanmu. Aku tak mau mengganggumu akhi. Aku hanya ingin memperbaiki diri ku dulu akh, seperti yang pernah kau tulis memantaskan diri dihadapan Allah, meningkatkan kualitas imanku pada Rabb-ku, menggapai mimpi serta harapan menjaga sisa umurku semakin berarti. Aku pergi bukan karena tak menyayangimu lagi. Aku pergi dan meninggalkanmu justru karena aku sangat menyayangi dan mencintaimu akhi. Kau tau kenapa? Aku tak ingin mengganggumu, aku tak ingin merusak masa depanmu serta aku tak ingin menggoyahkan imanmu pada sang khaliq. Wahai akhi, jangan pernah kau membenciku. Jangan pernah kau menganggap aku ini jahat, yang tak mengerti perasaanmu. Sungguh akhi, aku melakukan ini adalah yang terbaik untukmu dan untukku. Karena aku sangat menyayangimu karena Allah.

 Cukuplah bagiku tersenyum lezat melihatmu bahagia. Cukuplah bagiku menyebut namamu dalam hamparan sajadahku. Aku yang tersentuh akhlak muliamu, aku yang terkagum lekat dalam sikapmu, mencintaimu dalam diam mungkin lebih baik bagi diriku dan dirimu. Lebih mulia bagi perasaanku dan perasaanmu. Maka izinkan aku duhai engkau pemilik hati yang lembut, izinkan aku mencintaimu dalam keikhlasan karena aku tak pernah tahu apakah engkau yang tercatat dalam Lauful Mahfudz untukku?
Jika nanti aku telah pergi.....

Padamu wahai akhi yang selalu membuatku tersenyum, selalu membuatku kuat untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Kau yang selalu mengajarkan aku apa arti sebuah ketulusan dan cinta yang haqiqi. Pada hakikatnya aku tak pernah sedikitpun melupakanmu bahkan meninggalkanmu. Tak pernah terbesit dalam benakku hal itu wahai akhi. Aku masih terus memantaumu dan menjagamu melalui Allah lewat doa-doaku pada-Nya dan munajatku di sepertiga malam bersama-Nya. Saat aku telah pergi dan tak ada lagi disampingmu, aku harap kau tetap tegar. Tetap menjalani hidup ini seperti sedia kala sebelum kau mengenalku. Tetaplah berjuang akhi, kau adalah pejuang islam yang hebat. Lakukanlah segala hal yang bermanfaat untukmu dan orang-orang disekitarmu, berjuanglah untuk seluruh cita-citamu yang pernah kau ucapkan padaku, dan berjuanglah akhi.. untuk agama mu, agama yang kita anut ini, yang menjadi pedoman kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Berjuanglah. Tegakkanlah din islam, sistem peraturan kehidupan dari Allah yang menjadi wadah hamba Allah yang bertaqwa dan beriman. Amalkanlah tauhid yang disampaikan oleh Rasulullah SAW yang berupa tauhid Rububiyah (aturan dari Allah adalah aturan yang sebenarnya), Mulkiyah (menjadikan Allah sebagai raja yang sebenarnya), dan Uluhiyah (kecintaan dan ketaatan hanya kepada Allah). 
Wahai akhi, kau tau mana yang terbaik untukmu. Lakukanlah yang terbaik akhi, aku selalu mendukungmu lewat rindu yang kusampaikan melalui doa-doa.
  Ketika kita dipertemukan kembali...
Sekian lama aku pergi dan banyak perjuangan yang kau jalani tanpa aku, mungkin kau telah berbeda akhi. Bahkan sangat jauh berbeda. Tapi yang pasti kau adalah kau, seseorang yang baik akhlaknya, yang indah senyumnya dan sosok seorang penyayang. Wahai akhi yang baik hatinya, ketika kita dipertemukan kembali dengan situasi yang lebih baik dan tepat menurut pandangan Allah, maka Akhi, entah kau akan mengizinkan aku kembali mengisi hatimu atau tidak, aku tetap berharap akh. masih ada kasih sayang di lubuk hatimu untuk seseorang yang selalu mendoakan kebaikan atas dirimu. Akhi, kau pria hebat. Kau tau apa yang harus kau lakukan. Kau tau apa yang akan membahagiakanmu untuk dunia dan akhiratmu, kau tau akhi.
Bolehkan aku berpesan padamu akhi..? aku harap kau tetap istiqomah, tetap masih mengingatku dan menjaga rasa sayang yang ada dalam dirimu untuk seseorang yang suatu saat nanti menjadi bidadari-bidadari dihidupmu memberikan suport dalam perjuanganmu dan mendukung seluruh perjalanan hidupmu. Entah itu aku, ataupun ukhti lain yang jauh lebih baik dariku. Aku tak berharap banyak, kuserahkan semuanya pada Dia yang telah menentukan takdir sejak maunisa terlahir. Jagalah dirimu baik-baik ya akhi.
Bukan karena mencintaimu dengan diam, aku akan menderita. Bukan karena mengagumimu dengan diam aku akan merana. Namun, ketika ku artikan cinta itu pada sisi kehadiran dan kebersamaan denganmu. Maka itulah penderitaan yang sesungguhnya. Aku mencintaimu dari kejauhan. Walaupun sungguh aku merasa sangat dekat denganmu. Biarlah aku dekap rapat perasaanku ini. Biarlah aku tutup rapat hingga Allah mengizinkan pertemuan kita. Namun jika engkau memang bukan tercatat untukku seperti yang tertulis di Lauhul mahfudz, jika memang engkau hanya hiasan dunia yang sementara, sungguh aku yakin Allah akan menyimpan semua rasa dalam diamku padamu. Begitulah kuasa-Nya. Begitulah Dzat yang membolak – balikkan hati hamba-Nya.
“Ketika semua itu terjadi, maka pahamilah jejakku… Karena aku pernah menulis tentangmu dan menyapa namamu dalam tiap untaian doaku”
Sekali lagi, terima kasih ku ucapkan padamu akh. Terima kasih atas segalanya, atas ketaatanmu dan kebaikan yang ada dalam dirimu. Semoga Allah menentukan yang terbaik untukmu dan untukku. 
aamiin.....Allahuma aamiin....
Salam ukhuwah fillah wahai akhi..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb..

Cirebon Sepertiga Malam, 11 Januari 2015


5 komentar:

  1. Indahnya hatimu kau lukiskan disini... Subhanallah.

    BalasHapus
  2. Indahnya hatimu kau lukiskan disini... Subhanallah.

    BalasHapus
  3. tulisan yang luar biasa ukh.. tulisanmu menguatkan aku yang (semoga saja) sedang berjuang atas sekeping hatiku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..istajib du'a ukhti Rima ya Allah..aamiin

      Hapus